Buah buni (Antidesma bunius), yang dalam bahasa Inggris dikenal sebagai “Boni fruit” atau “Chinese laurel fruit”, adalah buah tipe berry sejati—yakni buah berdaging yang berkembang dari satu bakal buah (ovarium) tunggal dan memiliki semua lapisan perikarp yang lunak, mulai dari kulit tipis (eksokarp), daging buah tebal dan berair (mesokarp), hingga lapisan dalam (endokarp) yang juga lunak dan berisi biji–biji kecil dalam rongga buah.
Meskipun secara kuliner banyak buah berukuran kecil dan berkelompok dinamakan “berry”, buah buni tergolong berry sejati dalam taksonomi botani karena struktur perikarpnya yang konsisten lunak di ketiga lapisan serta sifat indehiscent (bijinya tidak memerlukan pemecahan lapisan buah untuk tersebar).
Antidesma bunius termasuk ke dalam famili Phyllanthaceae, yang tersebar di kawasan tropis Asia Tenggara hingga Australia utara. Di Indonesia buah ini sering disebut pula bignay atau boni, dan di Filipina dikenal dengan nama bignay juga. Tanaman ini dapat tumbuh sebagai semak pendek maupun pohon tinggi, dengan buah berbentuk oval berwarna merah hingga ungu gelap saat masak.
Buah buni (Antidesma bunius) diperkirakan berasal dari wilayah Asia Selatan dan Asia Tenggara, dengan jejak populasi liar terluas di anak benua India (termasuk Sri Lanka dan wilayah Himalaya bagian bawah) hingga semenanjung Indochina dan pulau-pulau Indonesia, serta di Australia utara.
Dari sisi sejarah taksonomi, nama “Bunius” sudah muncul lebih dulu pada abad ke‑18. Georg Eberhard Rumpf (Plinius Indicus), seorang naturalis yang tinggal di Kepulauan Maluku sekitar tahun 1690–1735, mencatat dua bentuk tumbuhan ini sebagai Bunius sativa (di Jawa dan Sulawesi) dan Bunius agrestis (di Maluku) dalam herbarium Amboinense-nya tahun 1743. Kemudian, pada 1767 Carl von Linné (Linnaeus) pertama kali mendeskripsinya secara formal sebagai Stilago bunius, baru selanjutnya pada 1824 Kurt Sprengel memindahkannya ke genus Antidesma sehingga menjadi Antidesma bunius (L.) Spreng.
Selama berabad‑abad buah buni tetap dikonsumsi secara lokal—baik segar, diolah menjadi selai dan jeli, maupun difermentasi menjadi minuman seperti bignay wine di Filipina. Baru pada akhir abad ke‑20 dan awal abad ke‑21 perhatian botani dan hortikultura mulai memetakan keragaman varietas dan potensi budidayanya di luar kawasan asal, misalnya di Amerika Serikat (Florida) dan beberapa pulau Pasifik, walau secara global buah ini masih tergolong langka dan lebih banyak ditemukan dalam populasi liar atau pekarangan tradisional.
Meski banyak buah kecil disebut "berry", hanya sedikit yang benar-benar berry sejati secara ilmiahdan buni adalah salah satunya
Bignay Wine, hasil fermentasi buah buni, populer di Filipina dan punya warna merah tua alami dari pigmen antosianin. Rasanya manis-asam, cocok untuk hidangan laut dan ayam bakar.
Meski masih tergolong langka secara komersial, buni mulai dikembangkan di luar Asia, termasuk di Florida (AS) dan beberapa pulau Pasifik, karena keunikan rasa dan nutrisinya.
olahan tradisional yang menggunakan buah buni sebagai bahan utama, disajikan dengan bumbu rujak pedas manis yang terbuat dari cabai, gula merah, garam, dan air asam. Rasanya khas karena perpaduan asam alami dari buah buni dengan rasa pedas dan manis dari bumbu, menjadikannya camilan segar yang unik dan menggugah selera.
Bignay Wine / Bugnay adalah minuman fermentasi berasal di Filipina. Karakteristik Bignay Wine meliputi warna merah gelap atau ungu pekat hasil dari pigmen antosianin yang tinggi pada kulit buah buni serta aroma buah tropis yang manis dengan sentuhan asam segar. Kandungan alkoholnya umumnya berkisar antara 12–13 % ABV, menjadikannya setara dengan wine anggur biasa.
minuman segar yang dibuat dari buah buni matang yang dihaluskan dan disaring, lalu dicampur dengan sedikit air, gula, atau madu sesuai selera. Rasa jus ini khas, yaitu asam-manis dengan warna ungu kehitaman yang pekat. Selain menyegarkan, jus buni juga kaya antioksidan dan vitamin, baik untuk kesehatan pencernaan dan daya tahan tubuh.
Free AI Website Creator